← Prapa Publikuar më

Tinta Hitam dalam Secarik Kertas

Sempurna, merupakan kata yang tepat untuk sesuatu atau seseorang tanpa kecacatan.

Tapi apakah di dunia ini ada standar untuk sesuatu atau seseorang agar dapat dikatakan tanpa kecacatan?

Apakah definisi dari sempurna adalah hal yang terjadi dan hanya bisa dilihat dimasa sekarang?

Bukankah suatu berlian yang telah dipajang di toko perhiasan harus diasah dan diolah terlebih dahulu baru bisa dikatakan sempurna ? Berlian tidak secara langsung menjadi sempurna. Karena menjadi berlian yang sempurna membutuhkan waktu untuk berproses.

Tetapi itu adalah berlian. Suatu benda mati.

Dan berlian bukanlah manusia.

Setitik noda hitam dalam masa manusia itu berproses untuk sempurna tetaplah menjadi kecacatan. Latar belakang dan sejarah kehidupan menjadi salah satu standar penilaian dimata manusia. Bukankah Tuhan Yang Maha Esa pun tidak menghiraukan noda hitam itu pada manusia yang sedang berproses menjadi berlian yang sempurna?

Jawabannya ada dua.

Pertama, Dia adalah Tuhan.

Kedua, manusia adalah manusia. Dan tidak dapat disamakan dengan berlian, ataupun Tuhan.

Aku akan memperlihatkan kamu tentang sisi gelap dari kesempurnaan dan memberikan banyak tanda tanya dalam dirimu.

Apakah kesempurnaan akan memberikan kebahagiaan ?

Bagaimana jika kesempurnaan yang manusia cari adalah cara manusia itu menutupi sisi gelapnya?

Bisakah manusia dikatakan sempurna jika sisi tergelap akan tetap menjadi bagian dari kesempurnaan tersebut?


Bedahlah sisi kesempurnaanmu dengan secarik kertas.


Kekuatan dalam Menulis

Biarkanlah Hatimu Menulis

Ketika secarik kertas lebih memiliki nyawa dibandingkan sang penulis kertas.. ia pun  memberikan nyawa kepada selembar kertas ini.

Ketika mulutku tertutup rapat dan tidak tahu bagaimana mengutarakan apa yang harus aku ceritakan kepada sekelilingku.

Ketika kedua telingaku tidak mampu lagi mendengar semua teriakan dari dalam kepalaku.

Kenapa semua yang ada dikepala ini masih dapat berteriak kencang tepat ditelingaku?

Bahkan hati pun tidak dapat membela diri.

Aku berikan nyawa kepada selembar kertas ini. Berharap semua kesedihanku tercurah disaat mataku tidak mampu mengeluarkan airmata. Jika kertas ini dapat menangis, menangislah. Kelak, kertas ini akan menjadi bukti dimasa yang akan datang jika secarik kertaspun bisa menjadi teman baikmu. Secarik kertaspun dapat meresap kesedihanmu. Menulislah sepuasmu. Karna kertas ini tidak akan menghukummu. Kertas ini tidak akan mengadilimu atau menghakimimu.

Percayakah kamu jika apa yang kamu tulis memiliki kekuatan? Kamu harus percaya.

Jika mulutmu terbuka, kamu secara tidak sadar sering kali mengutuk dirimu sendiri dengan kata-kata yang menyakitkan..

“stupid”

“ugly”

“unworthy"

Semua perkataan dari mulutmu keluar begitu saja dari apa yang kamu pikirkan. Semua yang ada dipikiran kamu.

Tapi apakah mudah untuk menulis kata-kata buruk tersebut dalam sebuah pesan atau secarik kertas? Bahkan untuk menulis suatu pesan kita membutuhkan suatu usaha, mencari dimana letak abjad tersebut. Melihat ke sisi kanan dan sisi kiri keyboard kita. Menggunakan hati agar tidak salah menulis pesan, bahkan satu abjad yang salah pun akan kita berbaiki sebelum kita mengirim pesan tersebut. Dan jika kamu menggunakan kertas, kamu akan menulis dengan pelan, berharap apa yang kamu tulis dapat terbaca dengan baik, berharap setitik noda kotor dari pena tidak akan menodai sisi kertasmu yang lain.

Menulis menggunakan hati. Berbeda dengan berkata secara langsung yang bahkan tidak melalui proses penyaringan.

Jika kamu bersedih, menulis lah. Aku percaya jika hati terdalammu tidak akan mampu untuk menyakitimu.

Jika tidak ada satu orangpun yang akan mendengarkan kamu, menulislah. Secarik kertasmu akan menyerap semua rasa sakitmu.

Kelak, rasa sakit yang kamu tuang kedalam secarik kertas ini akan membuktikan jika kamu telah berhasil melalui rasa sakit ini. Aku berharap jika kamu membaca ini dan kamu melakukan hal yang sama dengan apa yang aku lakukan saat ini, suatu saat kamu akan membaca ulang yang kamu tulis dan menyadari bahwa kekuatan yang kamu dapatkan dimasa yang akan datang itu berasal dari apa yang kamu tulis disaat ini.

Aku harap semua noda hitam dan sisi gelap yang kamu curahkan dalam secarik kertas ini akan menemui ujung kertas yang berisikan dengan kebahagiaan.

Aku ulangi, kebahagiaan. Bukan kesempurnaan.

Mengenali diri melalui tulisan

Saat kamu masih duduk disekolah dasar, umumnya seorang guru akan memberikan kamu tugas rumah bagaimana kita dapat menulis buku harian atau diary dengan baik. Kamu akan berpikir kenapa kamu harus membagikan keseharian kamu dengan seorang guru ? Kenapa sang guru terkesan ingin tahu masalah pribadi murid tersebut ?

Usia anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar merupakan usia dimana anak tersebut sedang membentuk karakternya dan ditahap dimana mereka masih belum mengerti bagaimana mengekspresikan perasaannya dengan baik, masih belajar memahami cara orang dewasa mengutarakan keinginannya dan perasaannya. Masih belum mengetahui apa yang boleh dan apa yang tidak boleh diutarakan terhadap orang lain. Oleh karena itu, tugas menulis buku harian akan membantu sang guru untuk lebih mudah memahawi karakter anak muridnya dan apa yang dirasakan oleh anak muridnya.

Semakin dewasa, aku semakin tersadar jika dewasa adalah suatu hal yang rumit. Ketakutan mengutarakan sesuatu karena terhalang oleh ego, gengsi dan opini dari sekitar hingga terkadang apa yang diutarakan manusia tersebut tidak selaras dengan apa yang ada didalam hatinya.

“jika aku berkata tidak, orang lain tidak akan menerimaku”

“jika aku tidak berkata A seperti yang kebanyakan orang katakan, mungkin orang lain akan menganggapku aneh”

“jika aku berkata jujur mengenai diriku, dia tidak akan melihatku sempurna”

“aku tidak akan mendapatkan kesempurnaan itu jika aku tidak berkata sempurna”

Kurasa menjadi manusia dewasa lebih payah dalam mengutarakan suatu hal dibandingkan anak yang masih duduk disekolah dasar. Setidaknya anak yang duduk disekolah dasar itu jujur akan dirinya sendiri walaupun ia belum mengerti cara mengutarakan sesuatu dengan baik dan jelas. Dan dia tahu, dia tidak akan kehilangan dirinya sendiri karena apa yang diutarakan berbeda dengan apa yang ada didalam hati.

Siapapun yang membaca ini. Janganlah kehilangan dirimu, bahkan didepan secarik kertas. Jujurlah terhadap kertas ini. Ia yang akan membantumu mengembalikan dirimu.

Jujurlah akan sisi tergelapmu dan segala ketakutanmu. Kertas ini tidak akan mengadilimu. Jika dihadapan manusia lain kamu tidak menjadi dirimu sendiri, setidaknya kamu bisa menjadi diri sendiri dihadapan secarik kertas ini.

Saat kamu menuliskan lukamu, kertas ini akan membantu kamu mengetahui seberapa sakit dirimu.

Saat kamu menuliskan seberapa sakit dirimu, kertas ini akan menuntunmu mengetahui segala hal yang kamu butuhkan untuk menyembuhkan lukamu.

Saat kamu menuliskan segala hal yang kamu butuhkan, kamu akan membaca kembali hal-hal tersebut dimana hatimu akan berbicara pada logikamu untuk menemukan hal-hal yang kamu butuhkan.

Biarkanlah hati dan logikamu berteman baik. Dipertemukan oleh secarik kertas yang penuh dengan luka. Biarkanlah mereka berdua mencari cara menemukan kebahagiaan untuk kesembuhanmu.

Apa yang kamu tulis dengan hati tanpa sadar akan kamu baca kembali dengan hati.

Apa yang kamu baca dengan hati tanpa sadar akan tertanam dalam pikiranmu, si logika.

Ketika hati dan logika telah menyatu, mereka akan menuntun caramu berpikir, caramu melihat dunia, bahkan caramu melihat dirimu sendiri.

Percayalah, kertas penuh luka inilah yang pada akhirnya akan memperbaikimu..

Karena secarik kertas yang ditulis dengan hati tidak akan mampu menghakimimu

Karena secarik kertas yang ditulis dengan hati tidak akan mampu melihatmu berbohong terhadap dirimu sendiri

Jujurlah dengan kertas ini. Memang benar, jika kertas ini akan menelanjangimu sehingga kamu jauh dari kata sempurna. Kamu yang berbeda dengan kamu didepan manusia lainnya, pencari kesempurnaan.

Kertas penuh luka ini akan membantumu mengenali dirimu sendiri.

Mengenali sisi terdalam yang tercipta dari sisi gelapmu dan menuntunmu menuju kebahagiaan. Bukan kesempurnaan.