← Prapa Publikuar më

2021 Sexual Harassment Increases, Whose Fault?

Diketahui, sampai Maret 2021 tercatat adanya 426 kasus kekerasan seksual di Indonesia. Hal ini menjadi kontroversi dikarenakan terkadang sang korbanlah yang disalahkan dalam kasus ini.

Hal yang sangat disayangkan ketika perempuan yang sudah jelas adalah korban tetap disalahkan, bahkan ketika wanita tersebut membuat perlawananpun tetap disalahkan. Seperti kasus pelecehan terhadap perempuan berusia 16 tahun yang ditangkap Polres Timor Tengah Selatan yang bahkan martabat sebagai perempuan tidak dihormati dan tidak dijadikan sebuah pertimbangan. Anak tersebut dipaksa berhubungan intim dan melakukan perlawanan terhadap tersangka sehingga membunuh pria yang mencoba memperkosa dirinya.  

Sebagai perempuan pasti akan melakukan perlawanan yang sama.

Indonesia terbilang masih sangat konservatif. Dalam beberapa kasus pelecehan terhadap perempuan, pakaian perempuan disalahkan dan otak biadap laki-laki tidak disalahkan. Melakukan perlawanan untuk menjaga martabat wanita pun disalahkan.

Dikarenakan hal ini, korban kekerasan seksual memilih diam dan tidak berani melaporkan kasusnya. Hal ini akan merusak mentalnya dan berdampak terhadap kehidupannya dikarenakan kekerasan seksual akan meninggalkan trauma. 

Memang, Indonesia negara dengan dominasi Islam terbesar di Asia Tenggara yang dimana berpakaian tertutup merupakan  suatu kewajiban yang harus dijalankan oleh agama tersebut, dan faktor ini sering dijadikan suatu alasan dalam kasus pelecehan seksual dimana pakaian yang dikenakan wanita lah yang akan disalahkan.

Apabila pakaian yang wanita kenakan masih tidak melanggar norma budaya di Indonesia seharusnya bukan pakaianlah yang menjadi faktor tindakan kekerasan seksual. Kekerasan seksual akan terus berlanjut apabila pandangan ini tidak dihentikan. Kekerasan seksual nyatanya bisa terjadi untuk siapa saja tidak peduli apa yang perempuan itu kenakan. Baju terbuka, baju tertutup, berhijab pun rentan akan kekerasan seksual. 

Dan kekerasan seksual tidak pandang usia, bisa terjadi dalam segala usia.
Dalam menyikapi hal ini sangat disayangkan, sesama perempuan pun terkadang tidak bisa kompak Masih banyak perempuan yang saling menghakimi mengenai pakaian "sesama perempuan" dan terkadang ikut menyalahkan korban pelecehan seksual.

Indonesia memang terkenal sebagai negara yang terlalu ikut campur dalam urusan orang lain dalam hal-hal pribadi seperti hal makeup, seperti hal pakaian, dan hal personal lainnya. Namun, logikanya kalau sesama perempuan pun masih berlomba menjatuhkan, menyalahkan pakaian perempuan dalam kasus pelecehan seksual, apa bisa laki-laki mengubah pandangannya akan hal ini? Apa bisa laki-laki lebih merubah "pikiran kotor" nya dan tidak menyalahkan korban pelecehan seksual dengan mempermasalahkan pakaian ?

Seharusnya pun perempuan bisa 1 suara untuk mengatasi hal ini, yaitu saling memberikan dukungan bukannya saling menghakimi dan menjatuhkan.

Seharusnya laki-laki tidak menyalahkan perempuan akan kasus kekerasan seksual.